Senin, 16 Januari 2012

Pengantar ilmu Pendidikan



1.    Macam-macam aliran pendidikan, diantaranya :
a)    Empirisme
Aliran pendidikan ini dipelopori oleh John Lock, yaitu dimana anak dilahirkan layaknya kertas putih, kemudian dalam lingkungan yang diduduki si anak, kertas putih itu berisi coretan-coretan yang mempengaruhi keberhasilannya. Dalam lingkungan tersebut, si anak akan mendapatkan berbagai pengalaman yang dapat memberinya pelajaran akan kehidupan.
Dalam aliran ini, pembawaan tidaklah penting, sebab perkembangan anak akan dipengaruhi stimulan yang berasal dari alam disekitarnya, maupun segala hal yang dibuat oleh orang dewasa disekitarnya. Hal itulah yang mempengaruhi perkembangan anak nantinya.

b)   Nativisme
Aliran pendidikan ini dipelopori oleh scopen harv, yaitu dimana anak dilahirkan dengan mempunyai suatu bakat tertentu. Setiap jiwa yang dilahirkan ke bumi ini, memiliki segenap bakat yang nantinya membantunya dalam mengarungi kehidupannya.
Dalam aliran ini, pengaruh lingkungan termasuk faktor pendidikan kurang berpengaruh terhadap perkembangan anak. Bagaimanapun pendidikan yang diperolehnya dari lingkungan sekitarnya, perkembangan anak nantinya tetap pada bawaan yang diperolehnya sejak lahir.

c)    Naturalisme
Aliran pendidikan ini dipelopori oleh Rosseav, yaitu dimana anak dilahirkan mempunyai pembawaan baik, tetapi alamlah yang berpengaruh pada si anak. Apakah si anak nantinya akan ke arah positif, atau justru ke arah negatif.
Dalam suatu lingkungan tidaklah semuanya bersifat baik, adakalanya lingkungan memberikan suatu kesan yang justru dapat mengurangi pembawaan baik yang telah ada pada si anak. Maksudnya, pembawaan yang baik dari si anak akan rusak karena lingkungan yang salah. Bahkan adakalanya pendidikan dari orang dewasa menyebabkan kerusakan pembawaan baik seseorang.

d)   Konvergensi
Aliran pendidikan ini dipelopori oleh William Stern, yaitu dimana anak dilahirkan membawa bakat dan lingkungan yang mempengaruhi bakat anak. Pembawaan dari dalam diri si anak, akan bekerja saling melengkapi dengan lingkungan disekitarnya yang memberinya pengalaman dan pendidikan.
Pembawaan baik maupun faktor lingkungan sama sama memiliki peranan penting dalam proses perkembangan anak. Bakat yang dibawanya sejak lahir tidak akan berkembang baik tanpa adanya faktor lingkungan disekitarnya.

e)    Interaksionisme
Aliran pendidikan ini dipelopori oleh Piaget, yaitu mengacu pada aliran empirisme dan naturalisme. Anak dilahirkan bagai kertas putih dengan pembawaan yang baik, namun dalam melangkah ke perjalanan hidupnya, lingkunganlah yang berpengaruh pada anak. Apakah si anak tetap pada pembawaan baiknya, atau menyebakan kerusakan pada pembawaan baik si anak.

2.    Pendidikan yang bermutu yaitu suatu pendidikan yang nantinya akan melahirnya berjuta-juta orang cerdas, baik cerdas secara lahri maupun batin. Dengan kecerdasan tersebut maka akan tercipta suatu tatanan masyarakat yang menjunjung tinggi pluralitas dan keberagaman. Namun dalam mencapai suatu pendidikan yang bermutu, perlu dikaji hal-hal yang berkenaan dengan mutu pendidikan, seperti :
 (1) Bagaimana kondisi gurunya? 
 (2) Bagaimana kurikulum diperlakukan oleh guru dan pejabat pendidikan daerah?
 (3) Bagaimana bahan belajar yang dipakai oleh siswa dan guru?
 (4) Apa saja yang dirujuk sebagai sumber belajar oleh guru dan siswa?
 (5) Bagaimana kondisi prasarana belajar yang ada?
 (6) Adakah sarana pendukung belajar lainnya?
 (7) Bagaimana kondisi iklim belajar yang ada saat ini?

Menurut kami, pendidikan di Indonesia belum bisa dikategorikan pendidikan yang bermutu. Seperti halnya apabila dikaji hal-hal yang berkenaan dengan pendidikan bermutu, di Indonesia masih sangat kurang proporsinya. Jika ditinjau dari tenaga pendidiknya, banyak para pendidik di indonesia yang basic nya bukan dari pendidikan, sehingga skill dan kompetensinya tidak mendukung proses pendidikan. Selain itu, sistem pendidikan di indonesia beserta kurikulumnya, bagai telah kehilangan ruh dan makna dari budayanya,selama ini sistem pendidikan di Indonesia telah alpha dari pendidikan budi pekerti dan adab ( karakter). Selain itu, apabila kita mengkajinya dari bahan pengajaran dan sarana prasarananya, masih banyak sekolah-sekolah yang tidak sepadan antara murid dengan bahan pengajarannya terlebih dengan prasarananya. Di daerah-daerah terpencil misalnya, banyak kita temui kondisi gedung sekolah yang sangat buruk. Bahkan buku buku pengajarannya pun terbatas. Media pengajarannya pun mengenaskan, seperti papan tulis yang telah rusak-rusak, dan kapur seadanya. Bahkan ada suatu sekolah yang tidak ada meja dan kursinya, sehingga para muridnya hanya duduk beralas tikar.

3.    Pendidikan karakter tidak terlepas dari kecemasan dan optimisme. Dalam hal kecemasan,  kita banyak kehilangan integritas dimana masyarakat yang lebih memilih produk luar dibanding produk dalam negeri, daya saing yangmana apabila kita tidak mempertahankannya maka hal itu akan direbut oleh pesaing kita, keindonesiaan yang sering terjadi bahwa anak anak muda banyak yang bersikap seperti orang orang asing, anti narkoba yang tadinya digunakan untuk kepentingan darurat, tetapi justru sekarang disalahgunakan, sadarkum mulai dari pelanggaran ringan, SDM seperti banyaknya TKW yang dikirim keluar negeri, dan kesempatan belajar yang sering disalahgunakan hanya untuk mendapatkan ijasah.
Sedangkan dalam hal optimisme, kita memiliki kualitas mental atau karakter terbaik bangsa seperti bung Karno beserta perjuangannya, yang hingga saat ini masih ada orang-orang yang berjiwa nasionalisme, dan banyaknya orang orang baik yang dapat kita temui dimana mana.
4.  Pengetahuan kritis ditinjau dari :
a). Ontologi
Suatu studi yang membahas tentang segala realita yang ada. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan. Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang universal. Dalam pendidikan, hal ini mencakup segala bahan yang digunakan dalam proses pendidikan yang bersifat nyata.
b). Aksiologi
Merupakan cabang filsafat yang membahas tentang baik atau buruk, indah atau tidak indah, kajian tentang nilai-nilai, khususnya etika. Dalam  hal ini, aksiologi menjadi erat kaitannya dengan pendidikan dikarenakan suatu nilai. Nilai dalam suatu pendidikan sangat diperlukan sebagai tolak ukur dari hasil yang akan dicapai dari proses pembelajaran.

c). Epistimologi
Epistimologi merupakan masalah yang berkaitan dengan pertanyaan pertanyaan tentang pengetahuan. Sebelum menjawab pertanyaan tersebut maka perlu dicari bagaimana dan apa sarana yang digunakan dalam memperoleh pengetahuan tersebut.
Dalam hal ini, berkaitan dengan pendidikan dimana terdapat kumpulan pertanyaan yang berkaitan dengan guru. Sebagaimana mestinya sebagai seorang manusia, kita tidaklah memiliki pengetahuan yang sejati, oleh sebab itu perlu adanya pertanyaan seperti “bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan?”

5.    Hakekat fungsi dan urgensi dari perkembangan pendidikan karakter
Pendidikan karakter bukan hanya sekedar mengajarkan mana yang benar  dan mana yang salah  untuk dilakukan seseorang, tetapi lebih dari itu. Pendidikan karakter lebih menekankan pada kebiasaan yang dilakukan oleh peserta didik hingga ia mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk dan ia paham apakah itu benar atau salah untuk dilakukan, sehingga ia dapat merasakan nilai nilai baik yang tertanam pada dirinya dan kemudian menjadi biasa untuk melakukannya. Pendidikan karakter menekankan pada kebiasaan yang terus menerus dilakukan dan dipraktekkan.
Pendidikan karakter berfungsi :
a.    Mengembangkan potensi dasar pada si anak agar berperilaku baik, berpikiran baik, dan berhati baik.
b.    Memperkuat dan mengembangkan perilaku bangsa yang multikultur
c.     Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia


6.    Permasalahan dan bagaimana langkah yang ditempuh untuk mentransformasikan pendidikan sains
Problem pembelajaran sains meliputi :
1)    Sumber sumber permasalahan dalam pendidikan
2)    Keterbatasan aksesibilitas dan daya tampung
3)    Kerusakan sarana dan prasarana ruang kelas
4)    Kekurangan jumlah tenaga kerja IPA
5)    Kinerja dan kesejahteraan guru IPA belum optimal
6)    Proses pembelajaran IPA yang konvensional
7)    Pengelolaan dan efisiensi

Dalam 7 problematika pembelajaran sains diatas, maka perlu adanya langkah langkah yang teratur untuk mentrasformasikan, atau menuju perubahan yang lebih baik dalam pembelajaran sains. Seperti :
1)    Meminimalisir permasalahan dalam pendidikan hingga permasalahan itu tidaklah menjadi kendala yang sangat menghambat pendidikan anak
2)    Dengan adanya keterbatasan tersebut, maka ruang yang tersedia perlu dididik sedemikian rupa sehingga menghasilkan para saintis yang handal dan cerdas baik jasmani maupun rohani. Sebab tanpa adanya keterbatasan tersebut, akan banyak kelas kelas sains yang justru hasilnya banyak yang terlantar dengan ketidakpahaman.
3)    Dalam hal sarana dan prasarana, perlu adanya kerjasama antar guru dan murid dalam merawat sarana dan prasarana yang tersedia. Demi kenyamanan bersama.
4)    Karena terbatasnya aksesibilitas dan daya tampung bagi kelas IPA, maka tidaklah heran apabila jumlah tenaga kerja yang dihasilkan terbatas. Oleh karenanya, dalam keterbatasan tadi, diharapkan menghasilkan tenaga kerja IPA yang berkualitas hingga anak didik yang dihasilkan dapat menjadi generasi penerus bagi sains yang terus berkembang baik.
5)     Dalam hal kinerja dan kesejahteraan guru IPA, maka dari tenaga pendidiknya haruslah yang berkualitas, agar nantinya generasi penerusnya semakin berkembang baik. Selain itu, dari dalam diri calon guru IPA tersebut, haruslah ada kesadaran diri dan usaha untuk menjadi pendidik yang profesional.
6)    Proses pembelajaran IPA, dilakukan secara bertahap dan menyeluruh. Sehingga peserta didiknya akan mampu mengikuti dengan baik. Selain itu, perlu adanya praktek atau kerja lapangan yang nantinya dapat berpengaruh baik terhadap daya ingat si anak didik.
7)    Seorang guru haruslah dapat mengelola kegiatan belajar mengajar dengan baik. Dengan pengelolaan dan efisiensi yang tepat dari seorang guru, maka hasil yang dicapai akan seimbang dan sesuai dengan apa yang menjadi keinginan guru atas anak didiknya.


Selasa, 10 Januari 2012

STRUKTUR ATOM


4.1. Teori – Teori dan Struktur Atom
Konsep atom sudah dikenal sejak peradaban Yunani (500 SM). “Atom” berasal dari bahasa Yunani, yaitu atomos, yang berarti tidak dapat dibagi. Menurut filosof Yunani, atom dianggap sebagai partikel sangat kecil yang tidak dapat diurai lagi. Sayangnya, tidak ditemukan data atau eksperimen yang dapat menjelaskan pemikiran tersebut.

Pada tahun 1803, John Dalton menjelaskan postulat mengenai teori atom berdasarkan pemikiran kuno tersebut. Postulat teori atom Dalton berbunyi :
  1. Atom adalah zat yang terdiri dari bagian terkecil yang tidak dapat diurai
  2. Semua atom pada unsur yang sama bersifat identik, tetapi atom – atom yang berasal dari unsur yang berbeda memiliki sifat yang berbeda pula
  3. Senyawa kimia terbentuk dari atom – atom dengan jumlah perbandingan tertentu
  4. Reaksi kimia terjadi karena adanya perubahan susunan atom dari satu kombinasi menjadi kombinasi yang lain. Sifat individu atom sendiri tidak mengalami perubahan.
Postulat Dalton ini bertahan selama hampir seratus tahun. Kunci keberhasilan teori ini adalah adanya konsep yang menjelaskan bahwa tiap unsur memiliki atom dengan karakteristik massa tertentu.

Menjelang akhir 1800, teori atom Dalton mulai diragukan karena adanya penemuan sinar X (1895), radioaktifitas (1896), elektron (1897), dan unsur radium (1898). Penemuan – penemuan tersebut menunjukkan bahwa atom merupakan struktur yang sangat rumit, yang tersusun dari partikel – partikel sub atom. Rutherford dkk menemukan bahwa zat – zat radioaktif dapat menghasilkan tiga macam radiasi, yaitu radiasi yang bersifat positif (disebut partikel a), negatif (b) dan netral (g). Dengan dibuktikan bahwa suatu unsur dapat menghasilkan tiga macam radiasi yang berbeda sifat, maka teori atom Dalton tidak dapat diikuti lagi.

Pada tahun 1911, Rutherford menggambarkan atom sebagai suatu partikel bulat dengan suatu pusat kecil yang disebut sebagai inti atom (nucleus). Karena inti atom menolak partikel a, maka inti atom bermuatan positif. Elektron dibayangkan berada di luar inti, membentuk permukaan luar dari atom. Penelitian modern kemudian menunjukkan bahwa atom terbagi atas tiga macam partikel, yaitu proton, neutron, dan elektron.
Tabel 4.1 Partikel – partikel atom

Massa
Muatan
gram
s m a
Coulomb
unit muatan elektronik
Proton
1,67 x 10-24
1,007276
+ 1,602 x 10-19
+1
Neutron
1,67 x 10-24
1,008665
0
0
Elektron
9,11 x 10-28
0,000549
- 1,602 x 10-19
-1

Proton dan neutron membentuk inti. Karena proton bermuatan positif dan neutron tidak bermuatan, maka inti atom bermuatan positif. Banyaknya proton dalam inti disebut sebagai proton number (nomor proton) atau atomic number (nomor atom). Tiap unsur memiliki nomor atom yang berbeda – beda, contohnya karbon (C),memiliki nomor atom 6, nitrogen (N) memiliki nomor atom 7, oksigen (O) memiliki nomor atom 8, dll. Sampai dengan unsur bernomor atom 20, jumlah proton dan neutron dalam inti sama. Di atas nomor atom 20, jumlah neutron umumnya lebih besar dari pada jumlah proton. Misalnya, timbal (Pb) dengan jumlah proton 82, memiliki 125 neutron dalam inti. Banyaknya proton dan neutron dalam inti disebut nucleon number (nomor inti) atau mass number (nomor massa).
 
Elektron digambarkan mengelilingi inti atom menurut lintasan tertentu. Karena letaknya di luar, maka elektron – elektron inilah yang berperan ketika unsur – unsur mengalami reaksi atau membentuk ikatan. Susunan elektron di dalam atom menentukan sifat dari unsur yang bersangkutan.

4.2. Konfigurasi Elektron
Elektron tersusun dalam kulit – kulit (n) yang dapat dinyatakan dalam huruf kapital, yaitu K, L, M, N, O, … atau angka, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, … . Tiap kulit memiliki sub – sub kulit yang dinyatakan dengan huruf, yaitu s, p d, f. Dalam sub – sub kulit terdapat ruang (orbital) yang dapat menampung elektron dengan kapasitas tertentu.

Tabel 4.2. Sub – sub kulit dan kapasitas elektron di dalamnya
Sub kulit
Jumlah ruang
(orbital)
Kapasitas
elektron
S
1
2
P
3
6
D
5
10
F
7
14

Elektron diisikan pada ruang – ruang (orbital) dengan energi yang terendah lebih dulu. Sistem pengisian elektron berdasarkan tingkat energi ini disebut sebagai Azas Aufbau.
Menurut Pauli, dalam satu orbital, tidak boleh diisi oleh elektron dengan arah putaran (spin) yang sama. Aturan ini disebut sebagai Prinsip Eksklusi Pauli, yang membatasi jumlah elektron dalam satu orbital maksimal adalah dua.

Selain dua aturan di atas, dalam pengisian elektron pada orbital juga berlaku Aturan Hund, yaitu
  1. Elektron yg masuk ke dalam sub kulit yg memiliki lebih dari 1 orbital, disebarkan terlebih dahulu pada orbital – orbital yg tk. energinya sama, dengan spin yg searah
  2. Posisi orbital setengah penuh atau penuh lebih stabil

Penulisan konfigurasi elektron dilakukan sebagai berikut :
1. Unsur Cl (nomor atom 17)
    Jumlah elektron = 17
    Konfigurasi elektron = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p5
2. Ion Fe3+ (nomor atom 26)
    Karena ion bermuatan +3 à kehilangan 3 elektron à hanya 23  
    elektron yang terlibat dalam konfigurasi
    Konfigurasi elektron = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d3
3. Ion F- (nomor atom 9)
    Karena ion bermuatan -1 à bertambah 1 elektron à ada 10
    elektron yang terlibat dalam konfigurasi
    Konfigurasi elektron = 1s2 2s2 2p6
4. Unsur Ar (nomor atom 18)
    Jumlah elektron = 18
    Konfigurasi elektron = 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6
Catatan :
v  Ion positif terjadi apabila suatu unsur melepaskan elektron à jumlah elektron dalam konfigurasi lebih sedikit daripada jumlah elektron pada nomor atom
v  Ion negatif terjadi apabila suatu unsur menerima elektron à jumlah electron dalam konfigurasi lebih banyak daripada jumlah elektron pada nomor atom
v  Suatu unsur membentuk ion positif atau negatif agar memiliki konfigurasi seperti gas mulia
v  Gas mulia memiliki konfigurasi dengan orbital penuh, umumnya berakhir pada orbital np6, kecuali unsur He (konfigurasi elektron = 1s2)